Selasa, 10 September 2013

Kalo Besok Lusa Diendin Meninggal/Mati...?

hmm, sekarang ngomongin tentang
kematian. agak2 serius ini, dibandingin
dengan topik2 yang sebelum2nya,
hehehe... jujur, sampe sekarang gue ga
pernah memikirkan hal ini secara
mendalam, mungkin ga kepikiran juga
kali ya. cuma, setelah nonton beberapa
film yang berujung pada kematian, jadi
berpikir, ya gue pun akan mati juga
suatu hari nanti, tanpa ada yang tau
kapan nantinya datang.
apakah kematian itu mengerikan
sehingga segitunya ditakuti?

gue gatau apa2 tentang gimana mati itu,
karena gue masih hidup -dan bisa
ngetik, haha-
ada yang bilang kematian itu
mengerikan, tapi ga usah ditakuti. nah
lho...
berarti kematian itu seperti nonton film
sadis dong? ngeri sih pas nontonnya,
tapi ga perlu ditakuti karena itu kan
cuma film...? gitukah? tapi kalo gitu,
agak sulit juga karena kalo mengenai film
sadis tadi, film itu tidak perlu kita takuti
karena kita paham kalo itu hanyalah
film. masalahnya, kita -gue sih- tidak
paham dengan kematian, makanya
kematian itu akhirnya ditakuti? jadi
darimana orang2 sampai bisa bicara
gitu ya? tapi yasudah, mungkin
konsepnya terlalu abstrak, yang bisa
dibahas dari sudut padang macem2
juga.
gue ga mau ngebahas itu sih
sebenarnya, hahaha, itu tadi cuma
pertanyaan pengantar yang terlintas.

yang mau gue tulis sebenarnya
pertanyaan simpel sih.
kalo gue mati nanti, apa yang akan
dilakukan oleh orang2 ya?
kalo nanti gue mati, apa yang dirasa,
apa yang dipikirkan oleh orang2 tentang
gue ya?
apakah mereka akan meraung2
menangisi kepergian gue untuk
kemudian kembali lagi mendatangi nisan
gue? atau mereka sekedar datang
mengusap air mata sebagai formalitas
yang jatuh kemudian pulang dan sudah,
meninggalkan nisan gue sampai
berlumut?

om gue (mang kaswa) sudah meninggal. gue sedih,
nangis2, dan selalu kembali ke
makamnya. gue ingin seperti itu. gue
ingin orang2 nantinya sedih saat gue
mati, menangis saat gue mati, dan selalu
kembali ke makam gue. gue ingin gue
diingat oleh orang2. gue mau walaupun
gue udah gatau dimana, hubungan gue
dengan orang2 tetap berlanjut.

well, gue belum mati sekarang -at least
pas lagi ngetik ni tulisan :p- dan gue
yang masih hidup ini, pengen banget
dikenang (kayanya jiwa pengen eksisnya
terlalu meluap, hahaha) untuk nantinya.

gue pengen nanti ketika gue ga ada lagi,
akan ada orang yang dengan bangganya
bilang:

- itu anggota keluarga gue, itu anak gue
(kalo gue mati duluan daripada para
leluhur gue), itu ibu gue, itu istri gue,
itu nenek gue, ...
- itu sahabat gue
- itu rekan kerja gue
- itu tetangga gue
- itu Tukang Bubur langganan gue
- itu .... gue (terserah yang menjalin
relasi sama guenya deh)
pertanyaannya,
sudahkah gue membanggakan untuk
mereka, sekarang? sehingga memang
nantinya gue layak untuk dikenang oleh
orang2?

sudahkah gue siap untuk ditangisi saat
pergi?
sudahkah gue membangun relasi yang
akan senantiasa berlanjut sampai waktu
yang ga bisa ditentukan?
jika jawabannya belum, maka, gue
belum mau mati sekarang.
gue belum bisa membanggakan, rasanya
masih kuraaang aja terus. gue belum
siap ditangisi oleh orang2, apa yang
akan orang2 tangisi? rasanya masih
kuraaang aja. fondasi bagi sebuah
hubungan yang setia pun belum kokoh.
ya, gue punya banyak tugas.
gue pengen ada orang yang dengan
bangganya bilang ke gue SAAT ini bahwa
mereka bangga mengatakan: dia
keluarga gue, dia sahabat gue, dia rekan
kerja ue, dia tetangga gue, ... (udah ada
sih beberapa, huehehehe, gue memang
membanggakan ckckck, thanks guys,
hihihi) dan adalah tugas gue untuk bisa
mencapai goals itu.

karena sekarang belum mati -karena
masih bisa tetep ngetik, dan karena Gue masih.  Ganteng hihi- berarti gue
masih bisa untuk membuat diri gue siap
dengan kematian gue. ya, membuat diri
gue siap, bukan membuat orang lain
siap. orang lain akan selalu ga siap
dengan kematian gue or siapapun, maka
gue yang harus siap. apa indikator
kesiapan gue menghadapi kematian?
hahaha, ga jelas sih gue??!! mungkin
ini.... biasanya orang2 yang sedang
dalam keadaan dying akan diminta
untuk berdamai dulu sama diri sendiri
guna mempersiapkan diri menjelang
kematian.

pertanyaan lagi, harus sampai
sekarat dulu kah baru kemudian gue
akan mempersiapkan diri untuk
kematian? wah, terlalu lama! jadi gue
akan siap ketika gue bisa berdamai
dengan diri gue, bisa menerima diri gue
yang seperti ini loh (yang dodol lah,
yang aneh lah, yang selalu pipis sembarangan lah dst) apapun keadaan gue
sekarang, dan tetap berusaha menjalani
hidup dengan apapun kehidupan gue.

lalu kapan gue merasa siap?

entahlah...

tapi gue yakin banget akan ada
waktunya.
jika jawabannya Iya, maka,

* mungkin gue
boleh aja mati sekarang.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar